Paus Fransiskus
Oleh: Al Hayon Vinsens
“Sudah selesai”, dua kata yang dalam ajang lomba sepadan dengan istilah “game over atau game off. Ketika kata-kata itu menyentuh rana bhakti dan perjalanan hidup maka artinya menunjuk kepada akhir kehidupan. "Hidup sudah selesai".
Netronewsntt.com KATA- -KATA “Sudah selesai” yang diucapkan Yesus sebelum wafat di salib, yang baru saja dikenang dalam Perayaam Jumat Agung serasa berpindah secara imani dan spirituali dengan cepat ke mulut pemimpin tertinggi umat Katolik seluruh dunia beberapa hari berikutnya. Lalu berita kematian menyebar.
Tepatnya, Senin, 21 April 2025, berita dirilis resmi dari tahkta Suci Vatikan, bahwa Paus Fransiskus telah meninggal dunia, diusianya yang ke 88 di tempat kediamannya di rumah tamu Santa Marta-Roma, Italia.
Berita kematian Paus seterusnya menyebar cepat ke seantero jagat, ke hati seluruh umat katolik dan kepada semua mereka yang tahu dan mengenal Paus Fransiskus. Ikutannya ucapan belasungkawa dan testimoi berdatangan ke Vatikan dari para petinggi negara-pejabat, dan komunitas untuk Paus yang telah melakukan kunjungan ke 67 negara, termasuk 6 negara di kawasan Asia.
* Sosok Hebat dan Sederhana
Paus Fransiskus adalah sosok hebat. Kehebatannya nampak lewat karya-karyanya yang tidak hanya termuat di dokumen-dokumen, pidato-pdiato, dan ajaran lainnya secara verbal dan nonverbal-terekam-tulis, tetapi juga lewat cara hidup dan kebijakannya.
Cara hidupnya tidak dalam kemewahan istana dan seharusnya sebagai seorang pejabat negara dan pemempin dunia. Kesederhanaan adalah kesaksisan hidupnya, serentak jadi ajaran bagi umat bahwa kekuatan gereja dalam menata dunia bukan terletak pada kemewahan istana, tetapi pada tangan-tangan yang menyentuh mereka yang terjatuh, diabaikan dan bersedia “berjalan di pinggiran bersama mereka yang terpinggirkan”.
Paus sosok hebat lantaran gagasan dan “daya ajakan”nya, agar semua “manusia bersaudara dan persaudaraan itu untuk perdamaian dunia dan hidup bersama” (Cfr. Dokumen Abu Dhabi, Human Fraternity), serta refleksi mendalamnya dan gemilang yang terbahasakan dalam ensiklik Fraterlli Tutti (persaudaraan universal dan persahabatan sosial).
Buah pikiran inspiratif dan urgen untuk suatu tata hidup mondial, serentak mengajak dunia bahkan mengharuskan semua saja berjuang bersama menghayati hidupnya di tengah sistem yang menyebabkan ketidakadilan sosisal, kekuasaan yang menindas yang lemah, miskin dan melindungi yang kuat serta mengajak semua hati menjaga bumi-hunian manusia sebagai rumah bersama.
Lebih terang-terangan, suara moral globalnya lewat ensiklik Laudato Si’ yang mengecam kerakusan ekonomi modern yang merusak bumi. Paus menghubungkan jeritan alam dengan penderitaan orang miskin dan menyerukan ekonomi baru yang berpusat pada manusia dan bukan pada laba.
Paus telah menghidupkan imannya melalui pelayanan kasih (caritas), dan mendasarkannya pada kehendak baik untuk memberi seluruh diri, seperti pemberian diri Yesus Kristus sebagai Imam Agung dan sebagai gembala jiwa-jiwa.
Dalam tugas sebagai episkopal, universal dan supremasi, pelayanan paus adalah suatu Amoris Officium (gembala yang baik). Pelayanannya di dalam dan untuk communion dan missio.
Pelayanannya adalah archetypos (pola dasar) pemberian diri Yesus (credonya) sebagai Guru, Gembala dan Imam. Karena itu kebajikan yang membaluti hidup dan karyanya adalah hati yang sabar dan penuh kasih sebagai gembala yang baik. Ia membimbing umat dengan penuh kesadaran, dan adil. Ia mencari kemuliaan Allah dan mengutamakan keselamatan jiwa-jiwa yang terluka.
Melalui cahaya iman, paus sebagai uskup Roma, Gembala (Pemimpin tertinggi) seluruh umat Katolik dunia dengan otoritas tertinggi/ supremasi dalam hal iman, moral dan disiplin gereja, menyertakan dalam dirinya kesadaran akan Gereja (Umat Allah yang terpanggil) yang sedang membutuhkan pertobatan dan pembaharuan diri serta berjalan bersama (perjalanan sinodal) menuju kebaikan sesuai kehendak Allah. Singkat kata, kebajikan utama yang ia tampakkan adalah “sabar, suci, adil, hati-hati dan sederhana.
Kesederhanaannya lugas dan terbuka saat menyapa seluruh anak-anak (termasuk di nusantara) dengan kelembutan kasih seorang bapak, menggendong dan memberkati mereka, menyapa seluruh warga dengan senyum yang menembus sekat sosial dan untuk pertama kalinya di negeriku bibir petinggi negaraku menyapanya sebagai ‘yang teramat mulia’, ya, terpancar kemuliaan pada kesederhanaanya, kekuatan besar dan kedasyatanya memang tak akan menguasai serta memanipulasi siapa-siapa, karena ia tidak tertarik pada kemenangan atas manusia; kebesaran dan kegagahan amat sangat ia remehkan, dan tak akan pernah ia kenakan sebagai pakaian”, demikian tulis Gerardus N. Bibang dari Jerman di media onlinenya (23/4/2025), juga di media online Krebadi’a.com.
Inilah sosok Paus yang telah menghayati hidup sebagai "in persona Christi". Ia hadir sebagai pengantara kesejukan dan kedamaian di kala dunia dan umat manusia membutuhkan peneguhan, sebagai bapak dan pembimbing rohani serta dari kerendahan hatinya melahirkan aneka testimoni.
* Belasungkawa dan testimoni
Tercatat beberapa ucapan belasungkawa dan testimoni dari beberapa petinggi Negara dan pemimpin. Di antaranya, dari Presiden Negara Republik Indonesia, Prabowo Subianto: “Dunia kembali kehilangan sosok panutan yang punya komitmen besar kepada perdamaian, kemanusiaan dan persaudaraan. Kunjungannya ke Jakarta tahun lalu telah memberi kesan mendalam. Tidak hanya di kalangan umat katolik, namun di hati seluruh masyarakat Indonesia. Kesederhanaan, pluralisme, keberpihakan pada orang miskin, kepedulian kepada sesama akan selalu jadi teladan bagi kita semua.
Selamat jalan Sri Paus. Pesanmu untuk menjaga kemanusiaan dan perdamaian akan selalu membekas di hati kami.”
Mengutip Stefan, misonaris Fidei Donum di Swiss, di media sosialnya (21/04/2025), bahwa para mantan presisden AS dan juga Donald Trump, presiden sekarang, memberikan kesaksian mereka tentang Paus Fransiskus. Salah satunya, Barack Obama dan istrinya Michelle mengungkapkan: “Paus Fransiskus adalah pemimpin langka. Dia membuat kita ingin menjadi lebih baik dan mengingatkan kita, bahwa kita semua terikat oleh kewajiban moral kepada Tuhan dan sesama”.
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva menulis: “Saat ini umat manusia kehilangan suara rasa hormat dan belas kasih. Dalam keseharianaya Paus Fransiskus mengajarkan dan menghayati nilai-nilai dasar ajaran Kristen yaitu cinta, toleransi dan solidaritas.
* Pemimpin Spiritual Tibet, Dalai lama mengungkapkan: Fransiskus mendedikasikan dirinya untuk melayani sesama. Melalui tindakannya, ia menunjukkan cara menjalani kehidupan yang sederhana namun bermakna. Penghormatan terbaik yang dapat kita berikan kepadanya adalah menjadi pribadi yang baik hati, semampu kita melayani sesama dimanapun dan cara apapun”.
Tidak hanya kesederhanaan yang Paus tampilkan, tetapi atas paham “semua manusia saudara”, kejenakaannya sebagai manusia terkuak sebagai penjalin persuadaraan dan perekat kebersamaan. Selain menebarkan senyuman khasnya, ia menyapa sembari menatap dan merangkul dengan kasih seorang bapak. Ia menjamah semua hati dengan kehadirannya, menawankan dengan kata dan gimik personalnya.
Fransiskus tahu persaingan sepak bola antara Brasil dan Argentina, dan ada tegangan tinggi di sana, namun tensi kedua negara bola diturunkan ke tingkat paling rendah dengan jenaka kata-katanya: “Paus adalah orang Argentina. Tuhan adalah orang Brasil”.
Tidak hanya itu, kepada seorang Frater dari Meksiko, tercatat pada 11 Mei 2022, saat audensi umum di Lapangan Santo Petrus, yang bertanya tentang kondisi lutut Paus yang sedang bermasalah, dengan senyum Paus menjawab dalam bahasa Spanyol (diterjemakan) seperti ini: “Tahukah kamu apa yang saya butuhkan untuk kaki saya? Sedikit tequila!” Ini gambaran sikap Paus yang tidak membuat orang segan atau takut menghadapinya namun menarik bersamannya untuk mewujudkan kasih persaudaraan.
Ajarannya telah mengajak untuk memperjuangkan dan menjaga kemanusiaan, perdamaian, solidaritas-kesekawanan, menerima pluralisme, peduli kepada sesama dalam segala konteks dan menjaga serta memelihara bumi sebagai rumah bersama dan juga untuk generasi berikut.
Kiranya kita juga didoakan untuk “memelihara Kasih Persaudaran antara kita”, dan mengamini kesaksian ini: “Kau dan aku adalah saudari dan saudara; aku jadi lupa agama-mu apa”.
Mari kerjakan tugas tugas kita, wujudkan segala ajaran dan harapan dalam keseharian hidup kita, seraya tunduk hormat mengucapkan: RIP. Selamat jalan Paus Fransiskus ke Rumah Bapa di Sorga”! (penulis katekis Paroki di Kupang).